Masih kuingat pertemuan
malam itu, kadang kala aku masih berpikir mengapa ada seseorang yang mau
menerimaku apa adanya atau semua ini hanyalah sebuah kebohongan belaka. Sejenak
kuhembuskan nafasku dengan helaan panjang mengingat kejadian saat pertama kali
bersamanya, saat dia masih duduk berdua bersamaku, mengapa aku selalu bingung
dan bertanya-tanya dalam hati, apa semua ini mimpi tentang gadis miskin dengan
pangeran berkuda putih dari negeri seberang..??? Apa benar dia akan mencintaiku
apa adanya..?? Sulit rasanya untuk kuraih kembali apa yang telah terjadi, meski
dia telah berjanji pergi hanya untuk kembali.
Di sebuah terminal kulihat sederetan mata menatapku,
entah apa yang ada dibenak mereka tentangku, aku hanya terus melangkah, meski
cuaca begitu terik oleh panasnya matahari yang menyengat di kulit namun tak
hentikan niatku untuk segera berjumpa dengannya. Dikejauhan kulihat rautnya
yang sudah lama aku rindukan. Aku menghampiri sesosok pria itu dan tersenyum
padanya. Dia membalas senyumku dengan ramah, tak seperti biasanya kali ini
kulihat ada sejuta perbedaan didirinya. Aku duduk bersebelahan dengannya dan
kami sempat berbicara banyak saat itu, sekedar melepas rindu yang selama ini
mulai menimbun dan bersarang di kepala.
“Ren, gak terasa ya kita lama banget gak ketemu, gimana
kamu kangen gak ma aku..??” tatapan Dimas saat itu padaku begitu tajam.
“hmm gimana ya, kayaknya aku gak pernah kangen tuh ma
kamu Dim..!!” kujawab pertanyaan Dimas dengan sedikit gurauan.
“Maksud kamu selama ini kita gak ketemu kamu gak pernah
kangen sama sekali ma aku Ren..!!” tatapan mata Dimas semakin lekat dan
seakan-akan tak mau berpaling dari pandanganku.
“Maaf Dim, sebenarnya aku cuma bercanda aja kok, lagian
sapa juga sih yang gak kangen, apalagi kita dah cukup lama gak ketemu,,”
kucubit sedikit pipi Dimas untuk mengobati sedikit rasa kekhawatirannya.
***
Aku memandang lepas ke arah areal persawahan yang
hijaunya membentang luas jauh disana. Air hujan terus saja membasahi ribuan
dedaunan tak henti-hentinya, sesekali kulihat bus melintasi jalan dekat daerah
persawahan tersebut. Begitu banyak kenangan bahkan jutaan kenangan jika kembali
kuingat ketika bus jurusan Surabaya melintas. Hari-hariku semakin sunyi, hanya
kenangan yang tersisa. Aku mulai sedikit merasakan dia semakin menjauh dari
kehidupanku, lalu bagaimana dengan janji itu..? bagaimana dengan ikrar itu..??
apa mungkin semuanya sudah berakhir. Rena terus memandangi gambar dari sebuah
bingkai foto diatas meja belajarnya. Matanya masih terlihat nanar mengingat
kenangan itu kembali, sesekali air matanya jatuh membasahi pipi. Tatapan
matanya terlihat kosong dan tak seperti biasanya seakan-akan menorehkan luka
yang mendalam dihatinya
Sungguh semua ini hanyalah mimpi yang sesaat saja aku
rasakan. Bila kemarin aku merasakan kebahagiaan itu, bila kemarin aku merasakan
hangatnya pelukan itu, kenapa sekarang tidak. Sedikitpun pesan singkat tak lagi
dia kirim untukku, bahkan tak lagi kudengar desau tawanya dalam telpon,
kemana... kemana dia sekarang, apa dia hanya mimpiku, apa dia hanya khayalanku
saja. Lalu siapa foto dalam bingkai itu, siapa..?? hatiku begitu terluka jika
harus mengingat dan mengingat kenangan itu, mengapa perasaanku ini jadi kacau,
aku tak tau apa yang harus aku lakukan.
Seandainya aku tahu kalau Dimas hanyalah mimpiku yang
datangnya hanya sesaat, mungkin takkan kubiarkan diriku terbangun secepat ini,
dan tak mungkin kubuka mataku hari ini, aku ingin bermimpi kembali melanjutkan
kisahku yang sesaat ini, tapi semuanya sudah terlambat, tak mungkin kupejamkan
mata ini kembali karena kutahu mimpi itu takkan pernah datang lagi, mungkin
saja berbeda.
Namun ada satu hal yang tak pernah aku lupa seumur
hidupku. Suatu tempat yang begitu berkesan dan meninggalkan sejuta kenangan
antara aku dan Dimas, tempat umum dan lalu lalangnya orang yang bepergian dan
begitu pula keluar masuknya bus jurusan luar kota, ya...terminal, tempat itu adalah
terminal, tempat dimana aku selalu menanti dia. Dan hari ini aku hanya bisa
melihat gambarnya, entah sampai kapan, untuk sementara atau malah selamanya.
Kesetiaanku menunggu dirinya takkan pernah punah meski terasa menyakitkan, tapi
aku yakin penantianku ini takkan sia-sia, karena dia pasti kembali untukku, aku
juga yakin dia masih mengingat semua janji-janji yang selama ini kita sepakati,
karena di terminal itu aku menunggumu...!!!
Cerpen Cinta- DI TERMINAL ITU AKU MENUNGGUMU...
4/
5
Oleh
Unknown